Minggu, Maret 14, 2010

Yang Terbaca

Yang terbaca, yang terdengar. Pengkhianat adalah mereka yang tak mengakui Pancasila sebagai pedoman hidup bangsa. Yang tidak mencintai negeri adalah mereka yang menolak Pancasila sebagai falsafah hidup bumi pertiwi. Peyorasi makna cinta, menyempit, mengecil, mengerut, lama-lama hilang.

Yang terpikir, yang tertanya. Apakah nilai cinta pada negeri hanya sebatas meyakini atau tidak Pancasila sebagai dasar negara? Apakah nilai cinta pada bangsa hanya sebatas mengakui atau tidak Pancasila sebagai pedoman hidup bangsa? Apakah barometer cinta pada negeri hanya terukur dari menghafal Indonesia Raya?
Entah. Namun yang tak pernah tertanya, yang tak pernah dipermasalah, yang menjual bangsa ini pun mereka yang meyakini Pancasila sebagai pedoman hidup negara. Yang meninggalkan luka di bumi pertiwi ini pun mereka yang menjadikan Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa. Yang menggadaikan mutiara-mutiara berharga negeri adalah mereka yang mengamini Pancasila adalah dasar Negara, takkan tertukar. Jika berbicara kesaktian, jika berbicara perjuangan berabad. Setitik yang tau, tinta sejarah ada di pena penguasa.

Yang aku paham. Yang aku yakin. Bumi ini jelas milik siapa, aturannya jelas punya siapa, namun teraplikasi entah apa. Hampir 64 tahun sudah. Kesejahteraan hanya tercapai pada mereka yang setahun berjanji-janji, empat tahun menginjak-injak. Hampir 64 tahun. Pantas jika dipertanyakan.

Tidak ada komentar: